indate.net-Bogor – Nama Tijan bin H. Syairin mungkin belum setenar pahlawan nasional lainnya, namun kisah perjuangannya meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Kota Bogor. Pemuda asal Kampung Cimanggu, yang lahir pada 1930 dari pasangan Haji Syairin dan Hajah Khodijah ini, berani angkat senjata melawan penjajah sejak usia belia.
Di masa kecilnya, wilayah Cimanggu yang kini masuk Kelurahan Kedung Waringin, Tanah Sareal, masih berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda. Pada usia delapan tahun, Tijan sudah menunjukkan tekad untuk mengusir penjajah. Dua tahun kemudian, ia membantu laskar perjuangan pimpinan Syahroni sebagai mata-mata, memantau pergerakan pasukan Belanda.
Saat berusia 12 tahun, Tijan resmi bergabung dengan laskar rakyat. Ia kerap mengambil senjata dari pos penjagaan Belanda, meski aksinya kerap memicu penggeledahan rumah warga. Keberaniannya membuat pasukannya dijuluki “laskar setan” oleh penjajah.
Perjuangan Tijan berlanjut setelah proklamasi kemerdekaan. Ketika Belanda kembali ke Indonesia bersama pasukan NICA, ia terlibat dalam sejumlah pertempuran di wilayah Bogor, termasuk Cemplang, Leuwiliang, Stasiun Bogor, Kota Paris, Air Mancur, Cimanggu, dan Cileungsi.
Amarahnya terhadap penjajah memuncak setelah mendengar tragedi Rawagede di Karawang pada akhir 1947, di mana lebih dari 400 warga sipil tewas dibantai. Setahun kemudian, pada 18 September 1948, Tijan gugur dalam pertempuran di Gunung Putri, Bogor, setelah tubuhnya ditembus 18 peluru. Rekan seperjuangan menuturkan, jasadnya bahkan diinjak-injak pasukan NICA.
Sebelum berangkat bertempur, Tijan berpesan kepada sahabat-sahabatnya untuk tidak meninggalkan salat, membagikan pakaian miliknya, dan sempat mengungkapkan keinginannya menikahi kekasihnya. Pesan itu menjadi yang terakhir sebelum ia gugur.
Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga di Cimanggu. Untuk mengenang jasanya, kampung kelahirannya kini memiliki Gang Pahlawan Tijan. Pemerintah mengakui Tijan sebagai pahlawan nasional pada 2007. Pada 2016, kisah hidupnya diangkat ke layar lebar melalui film Laskar di Tapal Batas.(*)