indate,net-BOGOR – Anak usia sekolah (6–12 tahun) tengah berada pada fase krusial pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun kognitif. Pada masa ini, asupan gizi seimbang menjadi kunci untuk menjaga kesehatan, mendukung aktivitas harian, serta meningkatkan konsentrasi belajar.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, kebutuhan energi harian anak laki-laki usia 7–9 tahun mencapai 1.650 kkal, sedangkan perempuan 1.550 kkal. Memasuki usia 10–12 tahun, angka tersebut meningkat hingga 2.000 kkal untuk anak laki-laki dan 1.800 kkal untuk perempuan.
Seorang dokter gizi menjelaskan, nutrisi anak harus mencakup zat gizi makro, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta zat gizi mikro, antara lain zat besi, kalsium, yodium, vitamin A, dan vitamin C. “Anak usia 7–12 tahun membutuhkan 35–49 gram protein per hari. Protein ini bisa diperoleh dari telur, ayam, ikan, tempe, tahu, dan susu,” ujarnya.
Kebutuhan zat besi pun bervariasi. Anak usia 7–9 tahun membutuhkan 10 mg per hari, sementara anak laki-laki usia 10–12 tahun memerlukan 8 mg, dan anak perempuan pada usia sama membutuhkan hingga 15 mg.
Sayangnya, menurut tenaga kesehatan tersebut, masih banyak anak yang melewatkan sarapan atau membawa bekal yang kurang sehat ke sekolah. Padahal, kekurangan gizi mikro seperti zat besi, vitamin A, dan yodium dapat berdampak pada penurunan kemampuan belajar.
Bekal Sehat sebagai Investasi Jangka Panjang
Bekal sehat dinilai sebagai solusi praktis sekaligus investasi jangka panjang untuk tumbuh kembang anak. Komposisinya idealnya terdiri atas karbohidrat kompleks, protein hewani maupun nabati, lemak sehat, serat dari buah dan sayuran, serta air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
Beberapa contoh menu praktis yang bisa disiapkan orang tua antara lain:
-
Nasi kepal isi ayam suwir dengan tumis wortel, buah potong, dan air putih.
-
Roti gandum isi telur dan keju, tomat ceri, serta susu UHT.
-
Mie jagung tumis sayur dengan nugget ayam rumahan dan jeruk.
-
Onigiri isi tuna mayo, edamame rebus, dan buah naga.
Agar anak lebih tertarik, orang tua disarankan melibatkan mereka dalam proses menyiapkan bekal, membuat tampilan makanan lebih menarik, dan memvariasikan menu setiap minggu.
“Memberikan nutrisi seimbang melalui bekal sekolah bukan hanya soal kesehatan saat ini, tapi juga investasi untuk masa depan anak. Kebiasaan makan sehat perlu dibangun bersama oleh orang tua, guru, dan sekolah,” pungkasnya.(*)