indate.net-BOGOR — Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor meresmikan hasil revitalisasi Taman Kreasi Olah Sampah Terintegrasi (Takesi) TPS 3R Katulampa yang berlokasi di Mutiara Bogor Raya, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, pada Sabtu (26/4/2025). Fasilitas baru ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kota Bogor.
Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim dalam sambutannya menyampaikan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam upaya penanganan sampah. Ia menekankan bahwa pengelolaan sampah perlu menjadi gerakan bersama, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah.
"Mari kita terus tingkatkan kesadaran untuk memilah sampah sejak dari rumah," kata Dedie.
Menurut Dedie, revitalisasi TPS 3R Katulampa menjadi bagian dari strategi pengelolaan sampah yang lebih efektif. Ia berharap keberhasilan di TPS 3R Katulampa dapat direplikasi di seluruh wilayah Kota Bogor.
"Kami ingin memastikan Kota Bogor tidak hanya bersih, tetapi juga memiliki sistem pengelolaan sampah yang terstruktur dengan baik," ujarnya.
Ketua TPS 3R Katulampa, Bandung Sahari, menjelaskan bahwa fasilitas ini mengelola sampah dari sekitar 900 kepala keluarga dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,7 ton per hari. Sekitar 50 persen di antaranya merupakan sampah organik.
"Dengan fasilitas yang lebih lengkap, kami dapat mengolah sampah organik menjadi kompos. Sementara sampah plastik yang dapat didaur ulang kami proses di bank sampah," tutur Bandung.
TPS 3R Katulampa, singkatan dari Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle, juga mengembangkan pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi. Bandung menyebutkan salah satunya adalah produksi pakan ternak dan kompos dari sampah organik.
"Kami juga berhasil menghasilkan telur dari ternak yang diberi pakan hasil fermentasi sampah organik," ungkapnya.
Selain itu, TPS 3R Katulampa memproduksi roster dari cacahan plastik yang dapat digunakan untuk keperluan konstruksi, seperti jalan setapak.
"Roster ini berasal dari plastik bekas kemasan makanan dan minuman, yang kemudian dicampur dengan material lain," jelas Bandung.
Fasilitas ini juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran untuk warga dan pengunjung yang ingin mempelajari ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah.
"Kami rutin menerima kunjungan dari berbagai daerah untuk berbagi praktik baik dalam mengelola sampah menjadi produk bernilai ekonomi," tambahnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Denni Wismanto, menyatakan bahwa revitalisasi TPS 3R Katulampa merupakan bagian dari strategi pengelolaan sampah berkelanjutan di kota tersebut.
"Kami berharap bisa mengembangkan konsep serupa di lebih banyak lokasi, untuk mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)," ujar Denni.
Saat ini, Kota Bogor memiliki 30 TPS 3R yang tersebar di berbagai kecamatan. Denni mengakui belum semua TPS memiliki kapasitas dan fasilitas yang optimal seperti TPS 3R Katulampa.
"Pengolahan sampah di TPS 3R saat ini baru mencapai 20–25 persen. Kami menargetkan peningkatan hingga 30 persen," katanya.
Dalam upaya revitalisasi ini, Pemkot Bogor bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk WWF Indonesia melalui program Plastic Smart Cities.
Program Coordinator Plastic Smart Cities WWF Indonesia, Munawir, menyampaikan bahwa kolaborasi dengan TPS 3R Katulampa telah berlangsung sejak 2023. Dukungan diberikan dalam bentuk penyediaan transportasi untuk pengangkutan sampah serta pendampingan pengembangan lembaga.
"Plastic Smart Cities adalah inisiatif global WWF yang mendukung pengelolaan sampah berbasis komunitas," jelas Munawir.
Selain itu, WWF Indonesia juga mendorong industri kemasan untuk turut bertanggung jawab melalui program Extended Producer Responsibility (EPR), dengan tujuan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam pengelolaan sampah.(*)