-->
  • Jelajahi

    Copyright © IndateNews
    Best Viral Premium Blogger Templates

    PT RPN dan IRRDB Perkuat Jejaring Riset Karet Dunia, Petani Jadi Fokus Pembahasan

    Indate News
    27/11/25, November 27, 2025 WIB Last Updated 2025-11-27T11:55:27Z


    indate.net-PALEMBANG –
    PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN), bagian dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), menegaskan perannya dalam mendorong riset perkebunan nasional di level internasional. Melalui Pusat Penelitian Karet, PT RPN bersama International Rubber Research and Development Board (IRRDB) menjadi tuan rumah Workshop IRRDB 2025 yang digelar di Palembang, 25 Oktober 2025.


    Selama tiga hari, forum internasional ini mempertemukan lebih dari 100 peserta dari India, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Thailand. Para peneliti, akademisi, dan pelaku industri membahas 24 makalah ilmiah yang mencakup inovasi perbaikan tanaman, pengendalian penyakit, peningkatan produktivitas, hingga strategi pemberdayaan petani sebagai ujung tombak industri karet.


    Sekretaris Jenderal IRRDB, Dr. Abdul Aziz, S.A., menegaskan pentingnya menempatkan petani sebagai pusat kebijakan industri karet.
    "Petani adalah tulang punggung industri, namun sering kali dikesampingkan dari diskusi kebijakan. Kita perlu kolaborasi yang lebih menyeluruh," ujarnya.


    Pandangan serupa disampaikan Prof. Dr. Ahmad Ibrahim dari UCSI University. Ia menilai industri karet sedang berada pada fase paling menantang.
    "Kita butuh kerja sama yang lebih kuat, kompensasi yang adil untuk petani, dan riset yang visioner," katanya. Ia juga mendorong pelibatan lebih besar negara produsen dalam International Rubber Study Group (IRSG) agar kepentingan mereka lebih terdengar di kancah global.


    Dari perspektif ekonomi, pakar ANRPC Dr. Lekshmi Nair menyoroti perlunya efisiensi biaya.
    "Jangan hanya mengejar harga tinggi, tapi juga cari cara menurunkan biaya produksi," tegasnya.
    Ia menambahkan bahwa strategi industri perlu sejalan dengan target net-zero emission dan pemanfaatan peluang kredit karbon, yang dinilai dapat memperkuat rantai pasokan global sekaligus menyejahterakan petani.


    Sementara itu, Prof (Ris). Ir. Didiek Hadjar Goenadi, IRRDB Fellow, menekankan perlunya perhatian pemerintah terhadap komoditas karet sebagaimana diberikan kepada kelapa sawit.
    "Kita butuh inovasi dan nilai tambah. Sektor karet juga penting untuk ekonomi nasional," ujarnya.


    Workshop kali ini menghasilkan sejumlah inisiatif konkret. Kepala Pusat Penelitian Karet PT RPN, Dr. Suroso Rahutomo, mengumumkan rencana peluncuran klon IRRI baru yang lebih toleran terhadap penyakit Pestalotiopsis sebagai komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan produksi karet. Selain itu, negara-negara anggota IRRDB juga menyepakati kelanjutan Program Pertukaran Klon untuk mempercepat pemuliaan tanaman di kawasan tropis.


    Forum turut menegaskan pentingnya kerja sama antarnegara produsen untuk menjaga stabilitas harga melalui data biaya produksi yang transparan. Pemerintah diharapkan meningkatkan konsumsi karet dalam negeri melalui program seperti penggunaan aspal berkaret dan bantalan seismik, yang dinilai mampu memperkuat permintaan sekaligus menyejahterakan petani.


    Di sesi penutup, Abdul Aziz menyatakan optimisme terhadap masa depan industri karet.
    "Workshop ini menandai babak baru kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan pelaku industri. Saya optimistis kita dapat membawa industri karet menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan menyejahterakan," ujarnya.


    Kegiatan ini mencerminkan kuatnya semangat kolaborasi global dalam menghadapi tantangan industri karet. Dengan strategi bersama, inovasi riset, dan fokus pada kesejahteraan petani, komunitas karet internasional berkomitmen untuk membangun industri yang lebih inklusif dan berdaya saing.(*)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini