-->
  • Jelajahi

    Copyright © IndateNews
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Masyarakat Peduli Bumi Ageung Menolak Design Pembangunan Bumi Ageung Batu Tulis dan Minta Dilakukan Design Ulang

    Indate News
    28/06/23, Juni 28, 2023 WIB Last Updated 2023-06-28T06:19:23Z


    indate.net-Bertempat di Bumi Ageung, Jalan Batu Tulis, kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, pada Selasa 27 Juni 2023 sore, sejumlah budayawan yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Bumi Ageung Batutulis Pakwan Bogor, menolak tegas Design pembangunan yang bukan jati diri sunda.

    Menurut mereka karena itu tidak sesuai dengan undang-undang nomer 5 tahun 2017 tentang kemajuan kebudayaan yang baru di sahkan menjadi Peraturan Daerah (Perda) oleh DPRD Kota Bogor, dimana hal tersebut menitikberatkan jati wilayah sebagai identitas masyarakat setempat.

    Kebetulan pembangunan ini jauh dari pada literasi dan kultur budaya daerah Bogor yang identik dengan budaya Sunda dan identik dengan nilai nilai sejarah pajajaran.

    "Design itu tidak sesuai sama sekali dengan marwah kesundaan, apalagi dengan literasi dengan kerajaan itu sangat jauh. Bahkan dari arkeolog pun menolak secara halus bahwa pembangunan itu lebih kepada kerajaan yang berada di wilayah wetan," ungkap Ketua Pergerakan Masyarakat Peduli Bumi Ageung Saputra Sungkawa, Selasa 27 Juni 2023.

    Putra menjelaskan  menjelaskan, bahkan untuk gapuranya saja tim arkeolog masih bingung gapura Padjadjaran itu seperti apa. Apalagi ini dibuat design pembangunannya  seperti kerjaan wetan. Sudah jelas itu jauh daripada nilai nilai leluhur kita yang ada di tanah pasundan kusus nya di Bogor.

    Penolakan ini, termasuk candi bentar, candi bentar itu merujuk kepada bangunan bangunan nilai sejarah candi yang berada di Cirebon. Ini Bogor, ini kerajaan, kalo mau merujuk ke arah kesejarahan tentu saja Cirebon itu lebih muda ketimbang Padjadjaran," jelas Putra.

    Masih kata Putra, bahwa Bumi Ageung itu bukan museum, tetapi menjadi tempat yang sakral dan karena disini lah tepat prasasti Batutulis, maka ini katagori nya masuk kedalam kabuyutan.

    Selaku masyarakat Bogor menolak design tersebut dan meminta kepada pemerintah kota Bogor agar melakukan design ulang. Dan itu sudah disampaikan dalam pertemuan pada tanggal 21 Juni 2023 berdasarkan undangan dari dinas pariwisata dan kebudayaan.

    Dalam pertemuan tersebut, membahas arsitektur Bumi Ageung. Tapi ternyata ketika kita hadir itu akan di jadikan Museum. Dan itu sudah jauh dari pada korelasi undangan.

    "Bumi Ageung itu adalah sebuah kebuyutan kasundaan yang harus menjadi sarana kemajuan kebudayaan masyarakat kususnya di Bogor," ucap Putra.

    Ditempat yang sama hal senada di sampaikan Humas Masyarakat Peduli Bumi Ageung Pakuan Bogor Lutfi Sihudi mengatakan, adanya polemik pembangunan Bumi Ageung Batutulis ini karena tidak sesuai dengan jati diri Sunda. Kita bukan menolak pembangunan nya tetapi kita menolak design nya. Design yang kami lihat tidak mencirikan jati dari masyarakat Sunda.

    Belum lama ini kita sudah bersurat kepada Walikota Bogor, DPRD Kota Bogor dan Forkopimda tentang penolakan Bumi Ageung Batutulis ini. Dari masyarakat peduli Batutulis sedang menunggu jawaban dari DPRD Kota Bogor dan Walikota Bogor yakni Bima Arya.

    "Tim masyarakat peduli Batutulis tegas sekali sangat menolak pembangunan Batutulis yang tidak sesuai dengan marwah nya," tegas Lutfi.

    Kalau saya lihat pak Bima Arya sedang memberikan semboyan Rumawa Pusaka Kota, itu bentuknya disini Bumi Ageung Batutulis. Tapi saya lihat aspirasi dari budayawan kita semua itu janganlah hanya sebuah nama saja. Jadi harus benar-benar mencerminkan inspirasi proses elaborasi, kolaborasi yang berkelanjutan Masyarakat Sunda.

    Apalagi kita punya arsitektur lokal yang mengerti sejarah Sunda di kota Bogor. Kenapa mereka tidak melihat itu ? Jadi saya melihat ada bentuk ketidakpedulian dari pemerintah kota dan DPRD kota Bogor terhadap budayawan lokal.

    "Maka dari itu, Masyarakat Peduli Bumi Ageung Batutulis menolak agar design itu mengacu dan mengikuti filosofi kesundaan, menghargai arsitektur budaya lokal. Jadi semua titik titik design termasuk gapura minimal punya filosofi yang datang dari masyarakat kota Bogor bukan Kota lain," tutupnya.(ian)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Kabupaten Bogor

    +