indate.net-Bogor -Sejak insiden dugaan keracunan makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bogor beberapa hari lalu, sejumlah orang tua siswa mengaku lebih waspada terhadap konsumsi makanan anak mereka di sekolah.
Beberapa orang tua menyampaikan kekhawatiran mereka setelah anaknya mengalami gejala yang diduga terkait dengan makanan dari program tersebut. Mereka berharap pihak terkait dapat meningkatkan pengawasan dan memastikan keamanan makanan sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah.
“Saya menjadi khawatir setelah kejadian itu. Untuk sementara, saya menyarankan anak saya membawa bekal dari rumah. Ini demi rasa aman, sambil menunggu kejelasan dari pihak pemerintah,” ujar seorang orang tua siswa yang enggan disebutkan namanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Dinas Kesehatan setempat, lebih dari 200 siswa di Kota Bogor dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Kasus ini tengah dalam penanganan pihak berwenang untuk memastikan penyebab pasti dan mengambil langkah pencegahan agar tidak terulang.
Peristiwa serupa juga dilaporkan terjadi di beberapa wilayah lain sebelumnya, yang kini menjadi perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, penyedia makanan, dan sekolah.
Sementara itu, beberapa siswa dilaporkan mengalami trauma ringan pasca-kejadian. Pihak sekolah dan instansi terkait diimbau untuk memberikan pendampingan psikologis bagi siswa terdampak, serta memastikan transparansi dalam evaluasi program makan gratis.
Sebagai langkah awal, sebagian orang tua memutuskan untuk sementara tidak mengizinkan anaknya mengonsumsi makanan dari program MBG hingga ada kepastian mengenai keamanannya.
“Kami bukan menolak programnya, tapi kami harap ada perbaikan sistem dan pengawasan. Ini menyangkut keselamatan anak-anak,” ujar perwakilan orang tua siswa dari salah satu sekolah di Bogor.
Pemerintah Kota Bogor melalui dinas terkait menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG, termasuk prosedur pengolahan, pengemasan, hingga distribusi makanan, guna memastikan kualitas dan keamanan konsumsi anak-anak di sekolah.(*)
